cinta tunas

LETAKKAN LIDAH MU DI BELAKANG AKAL MU

Senin, 26 Oktober 2015

Relah Menolong dan Tabah



RELAH MENOLONG DAN TABAH

Matahari sudah mulai lelah dan akan pergi.. untuk menyinari bagian belahan bumi yang lain... dengan perlahan mulai ,, meningalkan ,, Bukit Hijau Bumi Perkemahan,, sudah seminggu berlalu di sini ,, menempa diri belajar mandiri,, walau di sini jarang mandi ,,, karena sumber air ikut bersih kering kerontang sampai kedasar ,, namun Pramuka tak perna bersusa hati ,, kami masi beryanyi ,, dengan suara lantang walau jarang sikat gigi ,, ,, langit yang menjadi selimut malam ,, lagu ninak bobok kami,,, adalah nyayian alam ,, em,, dengan sisa-sisa tenaga  masi tersenyum ,,,, dengan motor kesayangan perlahan tinggalkan kengan satu minggu.
Jalan kering berdebu,,kabut asap ,, masi pekat menemani ..... sunggu masi terasa jauh ,, untuk sampai dirumah melepas lelah ,, kerikil jalan mulai menari dan berterbangan ,, maklum tempat yg  indah ini masi asli dengan segalah keterbatasan pasilitasnya hasil karya masyarakat dan pramuka beberapa hari yang lalu ..
Jalan menurun di depan ,, lega juga akhirnya bertemu si hitam alas jalan ,, mulai dengan perlahan dan pasti jarum kecil spidometer naik perlahan, walau tak melebihi batas rambu,, itu pun harus berhati-hati dan sangat hati-hati ,, tebal asap menutup jalan jarak pandang hanya 200 m, pedih dan peri mata ini dengan nafas yang mulai tak beraturan, masker penahan mulai tak tahan ,, dengan bauk asap pembakar liar, sepanjang jalan kelam entah ini sudah pukul berapa ,, seperti mendung tapi tak hujan, seperti sore namun masi setengah hari ,, entah apa yang dipikirkan para pembakar lahan itu ,,pada hal korban untuk musibah ini sudah berjatuhan ,, dari para pekerja yang menderita anak-anak tidak sekolah  sampai balita yang sekarat dan akhirnya meregang nyawa,, memang pemerintah sudah sangat bekerja namun itu tak cukup ,, pada hal ini ulah segelitir orang yang memikirkan keuntungan nya sendiri ,, namun demikian banyak juga masyarakat yang melakukan hal yang sama,, dan akhirnya ini menjadi bencana.
Perlahan jarum  spidometer mulai menurun dari peringkatnya ,, di depan tanpak banyak lampu merah berkedip klason sahut menyahut ,, dan sayup sayup “triii..Triiiit..Triii”  suara yang sangat dekat di hati ,, sayup terlihat wajah 3 orang yang sedang mengarah dan mengatur laju kendaraan di persimpangan yg penuh sesak kendaraan saling berebut membalik ara, ,, sekitar 100 m di depan Sang jago Merah sedang mengamuk di lahan kosong entah milik siapa, terlihat Polantas  yang sudah mulai berumur dengan gagah dan rama,  walau jelas terlihat begitu lelah dan capeknya beliau berdiri disana ,, mungkin sudah berjam-jam, nah yang menarik ,, dua orang ,,, yang membantunya dengan seragam coklat mudahnya ,, sigap mengatur dan membatu tak peduli dengan sekitanya mereka “Releh menolong dan tabah” jelas mereka adalah peserta perkemahan yang satu minggu lalu bersama di Buper ,, ,, dengan rasa yang sama dan terpanggi jiwa tunas kelapa,, sepeda motor kesayangan di carikan tempat teraman di pinggir jalan. Dengan masi berseragam kebanggaan ,, mulai dengan menghadap sang Polantas untuk mohon ijin membatu ,, dilihatnya segam coklat muda dan tua dengan merah putih di leher, ia mengangguk ,, dan bergabung lah ,, mulai membagi perhatian ke empat arah,,
Asap semakin tebal pekat,, bahkan api jelas mulai mendekat ,, sementara terdengan sirine Damkar yang terjebak arus balik kendaraan yang takut ,, bahkan ada yang berlali meninggal kan mobilnya ,, dengan sigah ,, mulai mengatur jalan dan membuka jalur untuk mobil Damkar,, namun hanya bisa maju untuk beberapa meter saja,, dan jelas mereka juga butu bantuan untuk menarik dan mengarahkan selang panjang ke arah Sang Jago Merah,, dengan sigap berdua menarik dan membatu mengarakan ,, sekitar saju jam sebagian api mulai padam  dan bala bantuan pun berdatangan sehingga api bisa di halau dan tidak sampai pada badan jalan..
Lelah bertambah tenaga terkuras penuh, lepu, debu, bahkan arang sisa pembakaran penuh di seragam kebanggaan, ,, coklat mudah menjadi tua coklat tua menjadi hitam ,, tertutup lumpur ,,, sunggu hari ini penuh dengan kejutan dan menguji mental ,, dengan rasa”Cinta Alam dan kasih sayang sesama manusia,, serta relah menolong dan tabah” ,, ,,
Perlahan pak polisi mendekat dengan tersenyum beliau duduk berdampingan dengan membawah air penghilang rasa dahaga... ia berkata “salut dan terima kasih ,,, kalian memang luar biasa” hanya tersenyum dengan sisa-sisa tenaga kami membalasnya,,
Sunggu hari ini ,, luar biasa ,, dan mulai lah motor kesayangan , melaju kembali,,
Akhirnya sampai lah di tujuan yang di harapkan sampai di pekarangan ,, telah di tunggu senyum yang khawatir dengan wajah keibuan ,, di belakanya berdiri seorang yang berwibawah dengan senyum yang bangga ,, ia berkata ,,hebat hari ini kamu telah menjadi kembanggaan ,, Ayah ,, “ ternyata ,, berita di televisi sudah memberikan kabar kerumah ,, bahwa ,, kami Pramuka tadi berjuang menjadi kebanggan  Ibu dan Ayah Tercinta.(AAM).